Monday, September 13, 2010

Deddy Mizwar


Spesialis Sinetron Dakwah

Sutradara, produser, sekaligus aktor kawakan, Deddy Mizwar, dikenal aktif memproduksi film dan sinetron bernuansa dakwah dengan pesan moral dan agama yang ringan dan menghibur. Aktor senior pemenang 4 piala Citra (untuk film) dan 2 piala Vidya (untuk sinetron) ini sudah berpengalaman membuat sejumlah sinetron bermuatan dakwah dari serial Pengembara, Mat Angin sampai Lorong Waktu.
Kecintaan aktor asli Betawi ini pada dunia seni tidak terbantahkan lagi. Buktinya, selepas sekolah, ia sempat berstatus pegawai negeri pada Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Namun ayah dari 2 anak ini hanya betah 2 tahun saja sebagai pegawai karena ia lebih gandrung main teater – ia bergabung di Teater Remaja Jakarta. Selebihnya, jalan hidupnya banyak ia baktikan pada dunia seni, lebih tepatnya seni peran.

Darah seni itu rupanya mengalir deras dari ibunya, Ny. Sun'ah yang pernah memimpin sangar seni Betawi. Akhirnya, ia dan ibunya kerap mengadakan kegiatan seni di kampung sekitarnya. "Pertama kali manggung, saat acara 17 Agustus-an di kampung. Saya bangga sekali waktu itu, karena ditepukin orang sekampung. Saya pun jadi ketagihan berakting," kenang Deddy.

Kecintaannya pada dunia teater telah mengubah jalan hidupnya. Beranjak dewasa, sekitar tahun 1973, Deddy mulai aktif di Teater Remaja Jakarta. Dan lewat teater inilah bakat akting Deddy mulai terasah. Deddy pernah terpilih sebagai Aktor Terbaik Festival Teater Remaja di Taman Ismail Marzuki. Tidak sekedar mengandalkan bakat alam, Deddy kemudian kuliah di LPKJ, tapi cuma dua tahun.

Memulai karier di film pada 1976, Deddy bekerja keras dan mencurahkan kemampuan aktingnya, di berbagai film yang dibintangi. Pertama kali main film, dalam Cinta Abadi (1976) yang disutradarai Wahyu Sihombing, dosennya di LPKJ, dia langsung mendapat peran utama. Puncaknya, perannya di film Naga Bonar kian mendekatkannya pada popularitas. Kepiawaiannya berakting membuahkan hasil dengan meraih 4 Piala Citra sekaligus dalam FFI 1986 dan 1987 diantaranya: Aktor Terbaik FFI dalam Arie Hanggara (1986), Pemeran Pembantu Terbaik FFI dalam Opera Jakarta (1986), Aktor Terbaik FFI dalam Naga Bonar (1987), dan Pemeran Pembantu Terbaik FFI dalam Kuberikan Segalanya (1987).

Di awal tahun 90-an, karir Deddy Mizwar mencapai puncak. Melalui kekuatan aktingnya yang mengagumkan, popularitas ada dalam genggamannya. Meski namanya semakin populer, Deddy merasa hampa. Di tengah rasa hampa, pikirannya membawanya kembali pada masa kecilnya. Lahir di Jakarta 5 Maret 1955, ia tumbuh di tengah nuansa religius etnis Betawi. Ia terkenang suasana pengajian di surau yang tenang dan sejuk. Jiwanya ingin kembali mencicipi suasana teduh di masa kecil itu.

Pergolakan batinnya akhirnya berakhir setelah ia meyakini bahwa hidup ini semata-mata beribadah kepada Allah. Sejak itu, Deddy belajar agama secara intens. Kini segala hal harus bernilai ibadah bagi Deddy. Termasuk pada bidang yang digelutinya yakni dunia perfilman dan sinetron.

Suami dari Giselawati ini kemudian memutuskan untuk terjun langsung memproduksi sinetron dan film bertemakan religius sebagai wujud ibadahnya kepada Allah. Didirikanlah PT Demi Gisela Citra Sinema tahun 1996. Tekadnya sudah bulat kendati pada perkembangan berikutnya banyak rintangan dan hambatan ditemui.

Ketika itu sinetron religius Islam masih menjadi barang langka dan kurang bisa diterima pihak stasiun televisi. Kondisi ini tidak menyurutkan langkahnya. Maka dibuatlah sinetron Hikayat Pengembara yang tayang di bulan Ramadhan. Usahanya berbuah hasil. Rating sinetron ini cukup menggembirakan. Setelah itu hampir semua stasiun televisi menayangkan sinetron religius bulan Ramadhan. ''Berjuangnya sungguh keras tapi setelah itu semua orang bisa menikmati,'' kata Deddy bangga.

Diakuinya produk sinetron yang bernafaskan religius Islam sulit mendapatkan tempat di stasiun televisi selain di bulan Ramadhan. Hal ini disebabkan stasiun teve terlampau under estimate di samping memang tidak banyak sineas yang mau membuat tayangan sinetron religius di luar bulan Ramadhan.

Dalam pandangan Deddy Mizwar, film merupakan salah satu media dakwah yang cukup efektif untuk menyampaikan pesan-pesan Islam kepada masyarakat luas termasuk kalangan non-Muslim. ”Saya contohkan sinetron ‘Lorong Waktu’ yang ternyata diminati pula oleh warga non-Muslim. Bahkan, saat ini ‘Lorong Waktu’ diputar ulang di luar bulan Ramadan hingga saya berkesimpulan sinetron atau film dakwah tak harus identik dengan bulan Ramadan,” katanya. Dengan kata lain, masyarakat rupanya mau menerima dan menyambut hangat tayangan religius di luar Ramadhan.

Ke depan, Deddy akan terus berusaha konsisten memproduksi film dan sinetron religius.
Ia juga menyarankan agar umat Islam mendirikan stasiun TV sendiri, sehingga umat Islam memiliki alternatif dalam memilih stasiun TV maupun acaranya. ”Sudah waktunya umat Islam mengisi dan mewarnai acara-acara TV. Saya melihat potensi ke arah itu cukup besar terutama dari kalangan sineas muda dan mahasiswa,” kata aktor yang telah membintangi sekitar 70 film layar lebar ini penuh optimisme.

Choky Sitohang

Choky Sitohang
Choky Sitohang.jpg
Nama lahir Binsar Choky Victory Sitohang
Lahir 10 Juli 1982 (umur 28)
Flag of Indonesia.svg Bandung, Indonesia
Pekerjaan pembawa acara, aktor
Tahun aktif 2002 - sekarang
Pasangan Melissa Aryani
Orang tua Poltak Sitohang dan Diana Napitupulu
Choky Sitohang (lahir di Bandung, Jawa Barat, 10 Juli 1982; umur 28 tahun) adalah aktor dan pembawa acara televisi. Ia dikenal luas sebagai pembawa acara olahraga dan musik, selain itu ia pernah bermain dalam film Sang Dewi pada tahun 2007.
Choky mengawali kariernya sebagai pembaca berita (sekaligus reporter/jurnalis) di sebuah stasiun televisi swasta di tahun 2002. Tiga tahun kemudian, pada pertengahan tahun 2005, Choky lolos kasting program acara realitas Cepetan Dong. Namun, baru 7 episode, Choky harus berhenti lantaran harus menempuh perawatan medis karena mengidap liver hepatitis A. Enam bulan kemudian, Choky memulai lagi dari nol untuk meniti karier sebagai pembawa acara. JakTV mempercayainya untuk membawakan acara My World. Karirnya mulai menanjak usai membawakan acara Good Morning on The Weekend bersama Ferdi Hasan. Nama Choky melejit setelah membawakan ajang EURO 2008. Sebenarnya Euro 2008, bukanlah acara olahraga pertama yang dipandunya, sebelumnya ada La Liga (Spanyol), FA Cup, dan Liga Italia. Acara-acara yang pernah dipandu Choky antara lain Dahsyat (RCTI), Stardut (Indosiar), Hits Music (RCTI), Sing A Song, serta beberapa acara penghargaan seperti Indonesian Movie Award 2008 dan Puteri Indonesia 2008.[1] Tahun 2009 ia memandu acara Happy Song, Take Me Out Indonesia, Take Him Out Indonesia (Indosiar) dan Mario Teguh Golden Ways (Metro TV).
Pada tanggal 18 Juni 2010, Choky menikah dengan Melissa Aryani atau biasa dipanggil Chacha, yang dipacarinya selama empat tahun.[2]

Daftar isi

Filmografi

Iklan

Meyda Sefira

Meyda Sefira
Meyda Sefira.jpg
Nama lahir Meyda Sefira
Lahir 20 Mei 1988 (umur 22)
Bandung, Indonesia
Pekerjaan aktris
Tahun aktif 2009 - sekarang
Meyda Sefira (lahir di Bandung, Jawa Barat, 20 Mei 1988; umur 22 tahun) adalah seorang pemeran Indonesia yang lolos audisi untuk memerankan tokoh Husna dalam film Ketika Cinta Bertasbih. Meyda mengetahui informasi tentang audisi dari televisi dan dia merupakan penggemar karya-karya Kang Abik seperti Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih.

Filmografi

Referensi

  • Tabloid Bintang Indonesia edisi Minggu IV September 2008

Pranala luar

Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Meyda_Sefira"

Andi Arsyil Rahman

Andi Arsyil Rahman.jpg
Nama lahir Andi Arsyil Rahman Putra
Lahir 15 September 1987 (umur 22)
Makassar, Indonesia
Pekerjaan aktor
Tahun aktif 2009 - sekarang
Andi Arsyil Rahman Putra (lahir di Makassarr, Sulawesi Selatan, 15 September 1987; umur 22 tahun) adalah seorang pemeran Indonesia. Arsyil adalah anak kelima dari tujuh bersaudara. Dengan latar belakang dari dunia model dan tidak pernah mengikuti teater , Arsyl lolos audisi sebagai tokoh Furqon dalam film Ketika Cinta Bertasbih. Arsyl pernah bermain dalam sinetron Ngaca Dong! bersama Catherine Wilson dan menjadi model video klip artis-artis lokal di Makassar. Ia merupakan lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Komputer dan terakhir bekerja di sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa telekomunikasi.

Filmografi

Referensi

  • Tabloid Bintang Indonesia edisi Minggu IV September 2008

Pranala luar

Sunday, September 12, 2010

Profil Khairul Azzam alias mas Odi (Kholidi Asadil Alam)

Full Name : M. Kholidi Asadil Alam
Alternative Name : Kholidi Asadil Alam, Kolidi Asadil Alam
Nickname : Odi, Kholidi
Place / Date of birth : Pasuruan Jawa Timur, 30 Maret 1989
Father’s Name : Abdul Latief Adenan
Mother’s Name : Affidatuzzahro
Religion : Islam
Height : 185 cm
Weight : 80 kg
Zodiak : Pisces
Occupation : Businessman, Actor
Hobby : Mengaji, Karate, Volley
Favourite Food : Pecel Ayam
Film Kholidi Asadil Alam Title :
Ketika Cinta Bertasbih (2009) as Khairul Azzam, starring with Oki Setiana Dewi, Andi Arsyil Rahman Putra, Alice Norin, Meyda Safira
Prestasi Kholidi Azadil Alam :
- Juara I Peragaan Busana Muslim Jombang (2000)
- Juara I Cak & Yuk Cilik Kabupaten Pasuruan
- Juara I Peragaan Busana Muslim se-Jawa Timur (2001)
- Juara I Duta Olahraga DKI (2005)
- Duta Wisata Pulau Seribu
- Juara I Liga Sepak Bola Pelajar Jakarta-Selatan
- Juara II Karate Se-DKI (2006)
- Juara I Turnamen Voli Tingkat SMU (2006/2007)
Gallery Photo :








Karakter khairul azzam dalam KCB menggambarkan sosok mas Odi di kehidupan nyata, bedanya jika mas Khairul Azzam… merantau di Kairo Mesir untuk kuliah sambil berjualan tempe dan bakso, sedangkan Mas Odi (Kholidi Asadil Alam) marantau di Jakarta Belajar teater sambil berjualan Sarung………… :)
Satu kata yang bisa terucap…………….. Salut………Kereeen……………… Subhanallah………..  :)

Friday, September 10, 2010

Habiburrahman El Shirazy

Habiburrahman el-Shirazy
Habiburrahman El Shirazy.jpg
Nama pena/samaran Kang Abik
Pekerjaan dai, novelis, penyair
Kebangsaan Indonesia
Aliran Sastra sastra Islami
Istri/Suami Muyasaratun Sa'idah
Anak Muhammad Ziaul Kautsar
Muhammad Neil Author
Habiburrahman el-Shirazy (lahir di Semarang, Jawa Tengah, 30 September 1976; umur 33 tahun) adalah sarjana Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir dikenal sebagai dai, novelis, dan penyair. Karya-karyanya banyak diminati tak hanya di Indonesia, tapi juga negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Brunei. Karya-karya fiksinya dinilai dapat membangun jiwa dan menumbuhkan semangat berprestasi pembaca. Diantara karya-karyanya yang telah beredar dipasaran adalah Ayat-Ayat Cinta (telah dibuat versi filmnya, 2004), Di Atas Sajadah Cinta (telah disinetronkan Trans TV, 2004), Ketika Cinta Berbuah Surga (2005), Pudarnya Pesona Cleopatra (2005), Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007), Ketika Cinta Bertasbih 2 (Desember, 2007) dan Dalam Mihrab Cinta (2007). Kini sedang merampungkan Langit Makkah Berwarna Merah, Bidadari Bermata Bening, dan Bulan Madu di Yerussalem.

 Pendidikan

Memulai pendidikan menengahnya di MTs Futuhiyyah 1 Mranggen sambil belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Al Anwar, Mranggen, Demak di bawah asuhan K.H. Abdul Bashir Hamzah. Pada tahun 1992 ia merantau ke kota budaya Surakarta untuk belajar di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta, lulus pada tahun 1995. Setelah itu melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke Fakultas Ushuluddin, Jurusan Hadist Universitas Al-Azhar, Kairo dan selesai pada tahun 1999. Pada tahun 2001 lulus Postgraduate Diploma (Pg.D) S2 di The Institute for Islamic Studies di Kairo yang didirikan oleh Imam Al-Baiquri.

Aktivitas

Selama di Kairo

Ketika menempuh studi di Kairo, Mesir, Kang Abik pernah memimpin kelompok kajian MISYKATI (Majelis Intensif Yurisprudens dan Kajian Pengetahuan Islam) di Kairo (1996-1997). Pernah terpilih menjadi duta Indonesia untuk mengikuti “Perkemahan Pemuda Islam Internasional Kedua” yang diadakan oleh WAMY (The World Assembly of Moslem Youth) selama sepuluh hari di kota Ismailia, Mesir (Juli 1996). Dalam perkemahan itu, ia berkesempatan memberikan orasi berjudul Tahqiqul Amni Was Salam Fil ‘Alam Bil Islam (Realisasi Keamanan dan Perdamaian di Dunia dengan Islam). Orasi tersebut terpilih sebagai orasi terbaik kedua dari semua orasi yang disampaikan peserta perkemahan tersebut. Pernah aktif di Mejelis Sinergi Kalam (Masika) ICMI Orsat Kairo (1998-2000). Pernah menjadi koordinator Islam ICMI Orsat Kairo selama dua periode (1998-2000 dan 2000-2002). Sastrawan muda ini pernah dipercaya untuk duduk dalam Dewan Asaatidz Pesantren Virtual Nahdhatul Ulama yang berpusat di Kairo. Dan sempat memprakarsai berdirinya Forum Lingkar Pena (FLP) dan Komunitas Sastra Indonesia (KSI) di Kairo.

Selama di Indonesia

Setibanya di tanah air pada pertengahan Oktober 2002, ia diminta ikut mentashih Kamus Populer Bahasa Arab-Indonesia yang disusun oleh KMNU Mesir dan diterbitkan oleh Diva Pustaka Jakarta, (Juni 2003). Ia juga diminta menjadi kontributor penyusunan Ensiklopedia Intelektualisme Pesantren: Potret Tokoh dan Pemikirannya, (terdiri atas tiga jilid ditebitkan oleh Diva Pustaka Jakarta, 2003).
Antara tahun 2003-2004, ia mendedikasikan ilmunya di MAN I Jogjakarta. Selanjutnya sejak tahun 2004 hingga 2006, ia menjadi dosen Lembaga Pengajaran Bahasa Arab dan Islam Abu Bakar Ash Shiddiq UMS Surakarta. Saat ini ia mendedikasikan dirinya di dunia dakwah dan pendidikan lewat karya-karyanya dan pesantren Karya dan Wirausaha Basmala Indonesia bersama adik (Ahmad Munif El Shirazy, Ahmad Mujib El Shirazy, Ali El Shirazy) dan temannya.

Prestasi

Kang Abik, demikian novelis ini biasa dipanggil adik-adiknya, semasa di SLTA pernah menulis teatrikal puisi berjudul Dzikir Dajjal sekaligus menyutradarai pementasannya bersama Teater Mbambung di Gedung Seni Wayang Orang Sriwedari Surakarta (1994). Pernah meraih Juara II lomba menulis artikel se-MAN I Surakarta (1994). Pernah menjadi pemenang I dalam lomba baca puisi relijius tingkat SLTA se-Jateng (diadakan oleh panitia Book Fair’94 dan ICMI Orwil Jateng di Semarang, 1994). Pemenang I lomba pidato tingkat remaja se-eks Keresidenan Surakarta (diadakan oleh Jamaah Masjid Nurul Huda, UNS Surakarta, 1994). Ia juga pemenang pertama lomba pidato bahasa Arab se- Jateng dan DIY yang diadakan oleh UMS Surakarta (1994). Meraih Juara I lomba baca puisi Arab tingkat Nasional yang diadakan oleh IMABA UGM Jogjakarta (1994). Pernah mengudara di radio JPI Surakarta selama satu tahun (1994-1995) mengisi acara Syharil Quran Setiap Jumat pagi. Pernah menjadi pemenang terbaik ke-5 dalam lomba KIR tingkat SLTA se-Jateng yang diadakan oleh Kanwil P dan K Jateng (1995) dengan judul tulisan, Analisis Dampak Film Laga Terhadap Kepribadian Remaja. Beberapa penghargaan bergengsi lain berhasil diraihnya antara lain, Pena Award 2005, The Most Favorite Book and Writer 2005 dan IBF Award 2006. Dari novelnya yang berjudul "Ayat-ayat Cinta" dia sudah memperoleh royalti lebih dari 1,5 Milyar, sedangkan dari buku-bukunya yang lain tidak kurang ratusan juta sudah dia kantongi.

Karya-karyanya

Selama di Kairo

Selama di Kairo, ia telah menghasilkan beberapa naskah drama dan menyutradarainya, di antaranya: Wa Islama (1999), Sang Kyai dan Sang Durjana (gubahan atas karya Dr. Yusuf Qardhawi yang berjudul ‘Alim Wa Thaghiyyah, 2000), Darah Syuhada (2000). Tulisannya berjudul, Membaca Insanniyah al Islam dimuat dalam buku Wacana Islam Universal (diterbitkan oleh Kelompok Kajian MISYKATI Kairo, 1998). Berkesempatan menjadi Ketua TIM Kodifikasi dan Editor Antologi Puisi Negeri Seribu Menara Nafas Peradaban (diterbitkan oleh ICMI Orsat Kairo)
Beberapa karya terjemahan yang telah ia hasilkan seperti Ar-Rasul (GIP, 2001), Biografi Umar bin Abdul Aziz (GIP, 2002), Menyucikan Jiwa (GIP, 2005), Rihlah ilallah (Era Intermedia, 2004), dll. Cerpen-cerpennya dimuat dalam antologi Ketika Duka Tersenyum (FBA, 2001), Merah di Jenin (FBA, 2002), Ketika Cinta Menemukanmu (GIP, 2004), dll.

Karya puisi

Sebelum pulang ke Indonesia, di tahun 2002, ia diundang Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia selama lima hari (1-5 Oktober) untuk membacakan pusinya dalam momen Kuala Lumpur World Poetry Reading ke-9, bersama penyair-penyair negara lain. Puisinya dimuat dalam Antologi Puisi Dunia PPDKL (2002) dan Majalah Dewan Sastera (2002) yang diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia dalam dua bahasa, Inggris dan Melayu. Bersama penyair negara lain, puisi kang Abik juga dimuat kembali dalam Imbauan PPDKL (1986-2002) yang diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia (2004).

Karya sastra populer

Beberapa karya populer yang telah terbit antara lain, Ketika Cinta Berbuah Surga (MQS Publishing, 2005), Pudarnya Pesona Cleopatra (Republika, 2005), Ayat-Ayat Cinta (Republika-Basmala, 2004), Diatas Sajadah Cinta (telah disinetronkan Trans TV, 2004), Ketika Cinta Bertasbih 1 (Republika-Basmala, 2007), Ketika Cinta Bertasbih 2 (Republika-Basmala, 2007) dan Dalam Mihrab Cinta (Republika-Basmala, 2007). Kini sedang merampungkan Langit Makkah Berwarna Merah, Bidadari Bermata Bening, Bulan Madu di Yerussalem, dan Dari Sujud ke Sujud (kelanjutan dari Ketika Cinta Bertasbih).